Dampak gagal panen sebagian petani cabai di Purworejo, membuat sejumlah pasar tradisional di wilayah Purworejo mengalami kekurangan pasokan cabai rawit. Dengan begitu, maka secara otomatis harga cabai melonjak tinggi. Gagal panen yang dialami oleh banyak petani di kabupaten Purworejo ini diakibatkan oleh cuaca buruk sejak Desember awal.
Akibat derasnya hujan dan kondisi cuaca tidak menentu, membuat cabai busuk hingga mengalami gagalnya panen. Pasalnya, sebelum masuk masa panen, cabai seudah membusuk dan tidak bisa digunakan lagi.
Gagal Panen Akibat Serangan Jamur
Kondisi gagal panen tersebut dibenarkan oleh salah seorang petani bernama Tulus yang ditemui di lahan sawah miliknya. Pria 40 tahun tersebut mengungkapkan bahwa jika cuaca terus-terusan seperti ini maka bisa dipastikan bahwa panen cabai akan semakin berkurang. Sehingga harganya akan semakin naik secara signifikan.
Ada beberapa kemungkinan terjadinya pembusukan cabai akibat cuaca yang buruk. Serangan jamur dan penyakit lainnya menjadi pemicu utama cabai tidak bisa hidup sehat hingga masa panen. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut!
- Serangan jamur
Tulus mengatakan, jika cuaca hujan terus semua tanaman cabai pasti busuk sebelum waktunya panen. Timbul penyakit patek yang merupakan serangan jamur Colletotrichum Acutatum Simmon pada cabai. Penyakit jamur tersebut menyerang keseluruhan fase pertumbuhan tanaman cabai. Namun uniknya, jamur ini tidak menyerang daun atau batang tanaman berasa pedas ini.
- Layu Fusarium
Selain serangan jamur Colletotrichum Acutatum Simmon penyebab lain dari gagal panen akibat pembusukan sebelum panen adalah penyakit layu fusarium. Penyakit ini cukup serius karena tidak hanya membuat tanaman cabai busuk, tapi juga menimbulkan kematian.
Layu fusarium merupakan penyakit yang diakibatkan oleh jamur Fusarium Oxysporum. Tanaman cabai yang terinfeksi jamur ini sudah bisa dipastikan mati karena tidak bisa diobati. Penyebarannyapun tergolong cukup cepat, sehingga dalam sekejap mampu membuat seluruh tanaman cabai mati.
Di musim penghujan, penyebaran jamur lebih cepat dari musim kemarau. Nilai keasamaan (pH) pada tahan di musim hujan akan menurun dengan drastis. Dengan begitu pertumbuhan jamur akan semakin pesat dan dalam sekejap membuat tanaman cabai mati.
Apalagi, hampir seluruh jenis jamur apabila sudah menyebar pada tanaman cabai tidak bisa diobati lagi. Hal ini tentu dengan mudah membuat gagal panen yang diikuti dengan naiknya harga cabai di pasaran.
Kesulitan Mendapatkan Pupuk
Selain cuaca buruk yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia dalam kurun waktu satu bulan ini. Gagalnya petani merasakan panen raya untuk tanaman cabai juga diakibatkan karena sulitnya mendapatkan pupuk. Seperti yang kita ketahui bahwa pupuk kini harganya cukup tinggi, sehingga akan sulit bagi petani jika tidak membeli pupuk subsidi, sedangkan pupuk subsidi saat ini juga langka.
Pengaplikasian Pupuk ZA Pada Tanaman Cabai
Nutrisi yang baik menjadi salah satu cara agar tanaman cabai bisa menghasilkan panen yang maksimal. Nutrisi tanaman didapatkan dari pemberian pupuk. Satu dari sekian banyak jenis pupuk yang baik untuk menikatkan kadar nutrisi pada cabai adalah ZA.
Berdasarkan info dari website Cybex Kementerian Pertanian, ZA dikategorikan dalam pupuk yang memiliki banyak kandungan unsur hara makro. Pasalnya, pupuk ini memiliki 21% kandungan unsur hara makro nitrogen. Selain itu, ZA juga mengandung 24% unsur hara makro sulfur.
Banyaknya unsur hara makro pada pupuk ZA, membuat pupuk ini sangat tepat digunakan untuk memberikan nutrisi pada tanaman cabai. Pengaplikasian ZA yang tepat bagi tanaman cabai dilakukan pada masa pertumbuhan awal sesuai luasan lahan yang ditanami cabai untuk menghindari gagal panen.